Postingan

Kenal ≠ Percaya

 Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ. Mat 13:38 Dalam kehidupan sehari-hari, saya cenderung "meremehkan" hal-hal yang sudah saya anggap saya kenal dan paham sudah lama. Misalnya, ketika mengendarai sepedah motor, saya cenderung tidak memerhatikan hal-hal kecil seperti bagaimana berbelok yang benar tanpa mengakibatkan kendaraan lain kaget. Karena saya merasa sudah mahir berkendara sepedah motor, saya merasa tidak perlu memerhatikan lagi hal-hal yang sesungguhnya krusial dan esensial dalam berkendara sepedah motor tersebut.  Contoh yang lebih kompleks, adalah hubungan dengan orang dekat seperti orang tua, saudara dan teman dekat. Saya akan cenderung santai jika berinteraksi dengan ibu saya misalnya dibanding dengan atasan saya di tempat kerja. Namun, justru saya akan lebih banyak memerhatikan hal-hal kecil tapi penting ketika berinteraksi dengan atasan saya, ketimbang dengan ibu saya. Saya akan memandang komunikasi dengan ibu saya, yang

Pendulum Yesus

Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorangpun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri. Mrk 9:8 Bumi tempat kita tinggal berotasi pada porosnya dan berputar mengelilingi matahari. Diketahui bahwa putaran rotasi bumi kecepatannya mencapai lebih dari 1000 km/jam. Tetapi kita tidak dapat merasakannya, karena  kecepatannya yang konstan. Untuk mengetahui bumi berotasi, Leon Focault menemukan sebuah pendulum yang bisa mendeteksi dan membuktikan bahwa bumi berotasi sedemikian cepat. Meski Copernicus yang pertama kali menyadari fakta bahwa bumi yang megitari matahari dan bukan sebaliknya, tetapi Foucault lah yang berhasil membuat alat untuk membuktikannya secara empiris. Bagi saya, kisah transfigurasi Yesus hari ini menunjukkan bahwa Yesus-lah pendulum zaman, bahkan kehidupan kita. Sebagaimana rotasi bumi yang tidak bisa kita rasakan, sejarah hidup dan keagungan Tuhan sulit dirasakan sebelum adanya Yesus. Elia dan Musa adalah nabi hebat

Idealita

Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya Yes 58: 6b Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.  Mat 5:25  Dalam kegiatan kerja sehari-hari, saya sering menemukan momen ketika harus berhadapan dengan pilihan antara melakukan yang benar dan yang happy. Yang benar tentu saja segala sesuatu tindakan yang dilakukan berdasarkan standar kelaziman baik moral, kemanusiaan, aturan, maupun hukum, dsb, yang secara ideal dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan yang happy adalah tindakan-tindakan yang di luar kelaziman, yang menorobos aturan, yang berorientasi jangka pendek, dan yang pasti tidak mengharapkan hal-hal yang ideal.  Ayat pertama di atas bagi saya, adalah idealisme tertinggi

Aliansi dengan Tuhan

Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan?  Mrk 2:9 Sebab itu, baiklah kita waspada, supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentian-Nya masih berlaku . Ibr 4:1 Karena kepada kita diberitakan juga kabar kesukaan sama seperti kepada mereka, tetapi firman pemberitahuan itu tidak berguna bagi mereka, karena tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman dengan mereka yang mendengarnya.   Ibr 4:2 Yesus adalah adikuasa, dengan menyembuhkan orang sakit yang diturunkan dengan tilam, Ia berkuasa. Tetapi tidak seperti ke-adikuasa-an Amerika Serikat ataupun Imperium Romawi, Yesus berkuasa dengan cinta kasih dan pengorbanan: sebuah kuasa yang tidak dapat dilawan oleh siapapun. Yesus mendisrupsi konsep perlawanan itu sendiri dengan pengorbanan-Nya di kayu salib, sekaligus menghancurkan ke-adikuasa-an yang manusiawi dan menggantikannya dengan ya

Melampaui Iman Berbasis Harapan

Apabila mereka menganiaya kalian di suatu kota, larilah ke kota yang lain. Aku berkata kepadamu, Sungguh, sebelum kalian selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang."  Mat 10:23 Hari ini saya akan melakukan evaluasi dan refleksi terhadap renungan yang saya buat selama satu bulan ke belakang. Dalam satu bulan ke belakang ini saya sudah membuat setidaknya empat renungan sebagai refleksi atas kehidupan saya tepat sebulan ke belakang ini.  Jika harus dirangkum dalam satu kalimat, saya dapat menyebut renungan saya dalam satu bulan sebagai: " melampaui iman berbasis harapan ". Selama satu bulan ini saya mencoba untuk merenungkan kondisi saya yang saat ini minim harapan, terbatas di sana-sini dan rasanya agak sulit membayangkan masa depan yang cerah. Saya sendiri belum punya pekerjaan tetap dan rasanya sulit untuk membayangkan mendapatkan pekerjaan tetap tersebut, melihat pada "ketidakmampuan" saya untuk bertahan pada lingkungan kerja korpora

Iman Subversif

Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya." Yoh 20:25 Kisah Thomas murid Yesus hari ini begitu menggugah dan mencerahkan. Thomas tidak mau percaya bahwa Yesus bangkit dan hadir dalam wujud fisik sebelum ia betul-betul mengonfirmasikannya sendiri. Bagi saya, keraguan Thomas tersebut tidaklah salah sama sekali. Bahkan dapat dikatakan hanya Thomas yang betul-betul serius akan iman-Nya terhadap Tuhan pada saat itu. Keraguannya itu lah yang justru memberikan keyakinan yang lebih dalam bagi murid yang lain, Di sisi lain, Yesus berhasil tergugah pula dan semakin mau membuktikan diri-Nya betul-betul hadir di tengah-tengah murid-Nya.  Sikap Thomas menggugah saya, bahwa saya perlu pula memiliki sikap "menuntut&q

Membongkar dan Membelah Tembok Kolonial Iman dengan Kasih

Demikianlah kota itu terkepung sampai tahun yang kesebelas zaman raja Zedekia. Pada tanggal sembilan bulan yang keempat, ketika kelaparan sudah merajalela di kota itu dan tidak ada lagi makanan pada rakyat negeri itu, maka dibelah oranglah tembok kota itu dan semua tentara melarikan diri malam-malam melalui pintu gerbang antara kedua tembok yang ada di dekat taman raja, sekalipun orang Kasdim mengepung kota itu sekeliling. Mereka lari menuju ke Araba-Yordan. 2Raj 25:2-4 Membaca bacaan hari ini, khususnya pada ayat yang saya kutip tersebut, saya merenungkan hidup saya satu minggu ini.  Dari bacaan pertama, terlihat bahwa terjadi penaklukan Yerusalem oleh Nebukadnezar. Namun selang 11 tahun, ketika Raja Zedekia memerintah, rakyat mulai berontak karena kelaparan; tentara mulai membelot atau ada juga yang kabur, bahkan korban mulai berjatuhan. Di sini saya melihat gambaran sebuah kolonisasi kehidupan yang total hanya dapat dilawan dalam kondisi kesadaran akan kesengsaraan dan ketiada